True Story from Lifewise-Magazine-Connie Lounsbury
________________________________________________________
Natal sudah diambang pintu, Yesus datang kedunia memberi kita kenangan agar kita sepertinya memiliki bunga mawar yg semerbak dibulan Desember, wangi…wangi………________________________________________________________
Natal sudah diambang pintu, Yesus datang kedunia memberi kita kenangan agar kita sepertinya memiliki bunga mawar yg semerbak dibulan Desember, wangi…wangi………________________________________________________________
Aku masih mengingatnya, ketika itu pagi yang dingin dibulan Januari 1950, saat itu aku baru berumur 8 tahun. Aku dan kakak-kakak ku menghangatkan badan didekat tungku sementara ibu sedang memasak untuk makan pagi kami. Sayup-sayup kami mendengar suara diloteng seperti bunyi kelereng-kelereng menggelinding melintasi lantai, mendengar suara itu, ayah segera naik keatas untuk memeriksa, tiba-tiba ayah berteriak “Kebakaran !”
Kami tinggal jauh dipinggiran kota Orrock, Minnesota, belum ada jaringan telpon, sehingga kami tidak bisa minta bantuan, rumah dan sebagian isinya habis terbakar, hanya foto-foto keluarga, mesin jahit, barang-barang milik pribadi dan pakaian dibadan saja yang terselamatkan.
Ayah tidak bekerja sebagai buruh pabrik dimusim dingin, dan kami tidak memiliki uang maupun asuransi kebakaran untuk menggantikan segala kehilangan dalam kebakaran itu.
Setelah beberapa hari kami menumpang dirumah sanak-saudara, ayah meminjam uang untuk menyewa rumah petani disekitar itu. Sedangkan ibu mengatur rumah dengan kursi, meja, tempat tidur serta peralatan dapur yang disumbangkan para saudara dan sahabat.
Tak banyak yang kami miliki sebelum kebakaran itu, walaupun demikian kami tidak pernah merasa miskin. Sekarang saya harus memakai pakaian yang kedodoran pemberian belas kasihan sesama, sambil memandang sebuah meja yang sudah mengelupas, kursi-kursi yang tidak serasi, handuk-handuk bekas dan spatula yang tangkainya sudah patah.
Saya terharu sehingga tidak kuat lagi menahan tangis airmata. Sungguh kami menjadi orang miskin yang tidak layak mendapatkan yang lebih baik. Namun kami selalu bersyukur dan mengucap terimakasih kepada orang-orang yg sudah memberi kami barang-barang bekas tersebut, saat-saat itu memang sangat sulit dan menyedihkan buat kami dalam menjalani hidup ini....
Dalam keadaan ekonomi yang masih morat-marit itu, tiba-tiba ada seorang tetangga datang membawa hadiah. Ia menyerahkan satu set sarung bantal, selimut tebal serta seperey yang bermotif sulaman bunga mawar yang sungguh indah kepada ibu. Kami semua tertegun dan kagum, kami hampir tidak percaya bahwa ia memberikan kepada kami sulaman-sulaman indah cemerlang yg berwarna merah jambon tersebut.
Orang-orang lain memberikan apa yang sudah tidak mereka inginkan lagi, tetapi tetangga ini justru memberikan barang-barang terbaik yang ia miliki untuk kami !
Kami belum lama tinggal dilingkungan itu sebelum kebakaran, sesudahnya kami segera pindah dan kehilangan kontak dengan para tetangga. Sekarang sudah hampir 58 tahun berlalu, kami tidak ingat lagi siapa yang memberi hadiah tersebut, tetapi kami masih tetap mengingat perasaan memiliki harga diri yang diberikannya kepada kami. Kami selalu berusaha berbuat baik, karena semua ini juga mengingatkan kami kepada seseorang mau memberi kami hadiah yang begitu indah dan berharga.
Itulah salah satu kenangan yang terindah dalam hidupku dan kerapkali menjadi contoh hal yang membimbing tindakan ku.
Mereka memberikan sesuatu yang terbaik dari apa yang mereka miliki.
Pesan Moral :
Natal sudah diambang pintu, itu menandakan bahwa Kristus sudah datang..
Hadiah apa yang dapat kita berikan kepada-Nya ?
Barang-barang berharga yang kita miliki kah atau barang-barang bekas ?
(Artikel ini dikirim oleh Bapak Eddy TG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar