Senin, 11 Agustus 2008

Ketika Kita Tidak Mengampuni

Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi!
Mazmur 32:1
Mazmur 32 di atas merupakan sebuah kesaksian dari sukacita pengampunan yang Daud alami selama hidupnya. Ia mengungkapkan bahwa betapa menderitanya hidup di dalam dosa yang tidak diampini dan betapa senangnya hidup di dalam pengampunan. Ia sangat menderita atas dosa-dosa perzinahan, penyalahgunaan kekuasaan, dan pembunuhan yang terjadi karena hawa nafsunya terhadap Batsyeba.

Dalam cerita yang terdapat dalam II Samuel 16-18, kita melihat ada perbedaan yang menyolok di antara dua orang ini, yakni Daud dan Ahitofel. Daud adalah orang yang diampuni karena mengakui dosa-dosanya sedangkan Ahitofel adalah orang yang tidak mengampuni. Kisah Daud sangat jelas. Ia berdosa, kemudian bertobat dan menerima pengampunan. Kisah Ahitofel agak samar. Ia adalah penasihat terbaik Daud, yang nasihat-nasihatnya adalah sama dengan petunjuk yang dimintakan daripada Allah (II Samuel 16:23).

Namun, ketika Absalom anak Daud memberontak, Ahitofel berubah keberpihakannya. Ia akhirnya menjadi penasihat Absalom. Selidik punya selidik, alasan pengkhianatan bisa kita lihat dari daftar silsilahnya. Dalam II Samuel 23:34 dicatat bahwa Ahitofel mempunyai anak yang bernama Eliam. Eliam mempunyai anak yang bernama Batsyeba (II Samuel 11:3). Jadi, Batsyeba yang dizinahi oleh Daud adalah cucu dari Ahitofel. Ternyata Ahitofel memendam dendam atas kematian menantunya dan pelecehan terhadap cucunya.

Seingkali terjadi bahwa kita diampuni oleh Tuhan, tapi saudara-saudara seiman sendiri tidak mengampuni. Akhirnya kita bisa melihat bahwa Daud mati dengan tenang karena ia diampuni Tuhan, tapi Ahitofel mati bunuh diri karena tidak mengampuni (II Samuel 17:23). (JH)


Hati yang tidak mengampuni membuat tangan Tuhan menekan kita dengan berat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar