Jumat, 29 Februari 2008

Mental 'Kambing Hitam'

Manusia itu menjawab: "Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.
Kejadian 3:12
Pernah sebuah artikel dimuat dalam sebuah majalah mengenai pengalaman mendaki sebuah ekspedisi yang handal. Walaupun mereka telah melakukan segala sesuatu dengan perhitungan yang akurat dan benar, namun badai yang datang secara tiba-tiba membuat tim tersesat. Saat berusaha mencari jalan keluar, tiba-tiba terjadilah longsor yang membahayakan di lereng gunung dan hampir membuat mereka celaka. Tetapi untunglah mereka berhasil lolos ke sebuah batu untuk berlindung. Setelah badai dan longsor berlalu, mereka memutuskan untuk kembali melewati lereng itu lagi. Mereka menggunakan sebuah cermin untuk memantulkan sinar sebagai isyarat membutuhkan pertolongan. Mereka tidak panik atau berhenti berharap apalagi saling menyalahkan satu sama lain. Mereka begitu kompak dalam mengatur strategi dan jatah makanan yang tersisa. Sembilan hari kemudian sebuah helikopter pencari, terbang melintas dan melihat pantulan sinar dari cermin mereka dan mengirim tim penolong untuk menyelamatkan para pendaki tersebut.
Saya tertarik dengan kekompakan dan kerja sama yang dilakukan oleh para pendaki dalam cerita di atas. Dan yang lebih membuat saya kagum adalah di tengah situasi dan keadaan yang kacau, tidak nyaman dan buruk itu, mereka tetap berusaha tenang tidak saling menyalahkan apalagi mencari kambing hitam.
Dalam kehidupan ini ada segudang masalah yang dapat membuat kita panik dan takut. Tetapi bagaimana dengan sikap kita? Menyalahkan orang lain, lingkungan, keadaan ekonomi atau sebaliknya mencari solusinya dan berharap pada Tuhan? Hai ini, mari buang mental yang suka mencari kambing hitam, dan jadilah bijak dalam mencari jalan keluar atas semua masalah kita. (IS)



Lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk saat listrik mati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar