Rabu, 18 Juli 2007

Renungan Pagi (771)

Yoh 14:27 Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.
Jangan gelisah. Ah, bukankah sekarang ini ada banyak alasan untuk gelisah? Kegelisahan yang pertama dan terbesar adalah kehilangan tempat bergantung, kehilangan jaminan, tiada lagi kepastian. Apa yang lebih menggelisahkan selain kehilangan Tuhan? Dia tadinya terasa begitu dekat, akrab, begitu mesra, dan kini pergi. Hilang. Mati. Apakah Allah dapat mati dari kehidupan manusia? Bukan maksudnya Allah berhenti ada, atau kehilangan eksistensi-Nya,
melainkan Allah hilang dari kehidupan manusia. Dapatkah dosa sedemikian besarnya, sehingga Allah tidak lagi sudi melawat umat-Nya? Dan sebab itu pula, manusia patut gentar menghadapi kehidupan yang serba tidak pasti. Menakutkan.

Namun Allah lebih besar daripada dosa dan maut. Dia tidak dapat dibatasi oleh dosa, sebaliknya Tuhan Yesus datang untuk menebus dosa, menghancurkan kegelapan kuasa maut dengan masuk dalam kematian. Demikianlah Dia datang dan setelah selesai, pergi kembali ke Surga, ke tempat-Nya semula. Maka, apakah dosa masih bisa menghalangi-Nya untuk meraih manusia berdosa, yang dikasihi-Nya? Tidak! Dia tidak berhenti mengasihi. Dia tidak berhenti
menyertai. Hanya ada perbedaan: sebelumnya Tuhan Yesus adalah sosok yang bisa dilihat, dipegang, bahkan dipeluk dan dicium. Kini Ia digantikan oleh Roh Allah, yang tidak dapat dilihat. Dibutuhkan iman untuk memahami kehadiran-Nya.

Pagi ini, kita melihat jalan hidup yang serupa di antara anak-anak Tuhan. Ingatlah, betapa pada awal hidup baru, kita mengalami dan merasakan penyertaan Allah? Saat kita belum benar-benar percaya, Dia menyatakan kehadiran-Nya, menawarkan kita untuk bergantung pada-Nya. Dengan begitu kita menerima damai sejahtera, karena tahu siapa yang ada bersama kita. Tapi
tiba-tiba, Dia sepertinya menghilang, inilah saat bagi kita untuk tetap beriman. Karena kita tahu, kita tidak pernah kehilangan damai sejahtera-Nya. Dia selalu menyertai kita, bahkan di saat kita tidak menyadarinya.

Damai sejahtera Kristus tidak bergantung pada pengertian dan perasaan manusia, melainkan pada kasih setia Allah. Terpujilah TUHAN!

Salam kasih,
Donny

Tidak ada komentar:

Posting Komentar