Jumat, 09 Mei 2008

Garam

Seorang koki sedang mepersiapkan perjamuan istimewa untuk pesta pernikahan Raja. Bahan makanan dan bumbu-bumbu telah tersedia untuk diramu berdasarkan resep khusus. Wah, ternyata ada bumbu penting yang ketinggalan. GARAM!

Sang koki kebingungan, sebab tanpa garan tidak akan pernah ada perjamuan yang istimewa yang akan menyenangkan hati Raja. Koki segera mengambil sebotol garam, kemudian dibukanya tutup botol tersebut hendak dikeluarkan garamnya. Tiba-tiba garam dalam botol berteriak, "Jangan!!" Koki heran dan bertanya, "Kenapa?? Jangan takut, aku akan menjadikan engkau hidangan yang menyenangkan hati Raja pada hari pernikahannya."

Garam-garam itupun berteriak dan menjawab dengan berbagai jawaban. "Jangan, nanti kami tidak dapat berkumpul lagi bersama teman-teman dalam botol yang sangat indah ini."

"Jangan, nanti kami larut dalam masakan, dan kami kehilangan bentuk dan warna kami, lalu orang-orang tidak dapat mengagumi kami lagi sebagai garam yang putih bersih."

"Jangan, nanti kami menderita kepanasan ketika sedang diproses menjadi masakan."

"Jangan......." Demikian banyak butir garam memberi alasan. Akhirnya cuma sedikit garam yang bersedia diramu menjadi masakan istimewa sang koki.

Pesta pernikahan Raja tiba. Perjamuan istimewa diadakan bagi Sang Raja pada hari pernikahannya. Wah, perjamuan yang sangat luar biasa, hidangan yang disajikan sungguh nikmat. Raja sangat senang.

Garam-garam yang menyediakan dirinya untuk dipakai oleh koki, masuk kedalam tubuh Sang Raja dan tinggal bersastu di sana selamanya. Garam-garam lainnya yang menolak dan tinggal dalam botol, kemudian dibuang karena sudah tidak berguna lagi.

Untuk menjadi satu dengan kehidupan Kristus, kita harus bersedia membayar harga dengan menukar hidup kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar